Pertanian
Dalam Al-Qur’an (Bagian I)
Kategori : Entrepreneurship
Published on
Tuesday, 02 June 2015 09:26
Oleh :
Muhaimin Iqbal
Disamping ayat-ayat tentang keimanan, perintah
menyembah kepadaNya dan larangan mensekutukanNya – Al-Qur’an ternyata
sangat-sangat banyak membahas tentang pertanian dalam arti luas – termasuk
didalamnya perkebunan, peternakan dan pengelolaan/penggunaan hasilnya.
Ayat-ayat pertanian ini saya jumpai menyebar hampir di seluruh juz, setidaknya
ada di 26 dari 30 juz dalam Al-Qur’an. Di sebagian besar surat-surat
panjang dan sebagian surat-surat pendek terdapat ayat-ayat yang terkait dengan
pertanian ini, sekurangnya ada 44 surat yang mengungkapkannya.
Hal ini juga sejalan dengan penuturan Nabi Saleh
terhadap kaumnya tentang tiga hal yaitu perintah menyembah kepada Allah, tidak
menyekutukanNya dan manusia diciptakan dari tanah/bumi untuk memakmurkannya (QS
11:61). Maka disinilah ruh dari pertanian di dalam Al-Qur’an, yaitu terkait
langsung dengan perintah untuk memakmurkan bumi setelah kita diperintah untuk
menyembah hanya kepadaNya dan tidak menyekutukanNya.
Hal-hal yang baik di Al-Qur’an juga diungkapkan dengan
perumpamaan yang terkait dengan pertanian. Misalnya ketika Allah memuji umat
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kalimat yang digunakan adalah : “…yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin)...” (QS 48:29)
Demikian pula dengan perumpamaan kalimat yang baik : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS 24-25)
Bahkan seruan Adzan yang kita dengar 5 kali sehari,
antara lain menyeru kita untuk meraih kemenangan/kesuksesan atau dalam bahasa
Arab disebut falah – yang akar katanya sama dengan bertani (
). Ini karena proses untuk mencapai
kemenangan itu persis seperti bertani, yaitu mulai dari melakukan persiapan,
menanam, merawatnya sebaik mungkin dan baru bisa memetik hasilnya.

Kemenangan atau kesuksesan tidak datang secara ujug-ujug, dia perlu proses yang sangat
mirip dengan proses bertani ! Oleh karena itu, meskipun Anda tidak tertarik
dengan dunia pertanian sekalipun – InsyaAllah Anda tetap akan memperoleh
manfaatnya belajar proses bertani ini – karena toh Anda juga ingin mencapai
kemenangan/kesuksesan di bidang Anda masing-masing.
Maka mulai dari tulisan ini sampai beberapa tulisan
berikutnya saya akan membahas ayat-ayat pertanian tersebut dalam konteksnya
masing-masing. Saya urutkan dari juz I
surat ke 2 dan seterusnya,
kemudian di akhir rangkaian tulisan ini insyaAllah akan saya buatkan
ringkasannya – tetapi tidak urut sesuai urutan juz melainkan melalui urutan
proses menanam.
Dengan mengurutkan sesuai urutan proses menanam
setelah kita tahu semua ayat-ayat yang terkait pertanian ini, diharapkan akan
memudahkan kita dalam mengambil rujukannya di lapangannya nanti. Misalnya
ketika kita mulai menyemai bibit, ayat mana yang berlaku. Ketika tanaman tumbuh
baik, ayat mana yang berlaku – begitu seterusnya sampai ketika kita panen dan
menyimpan hasilnya sebagian-pun kita tahu ayat mana yang berlaku.
Dimulai dari surat Al-Baqarah, surat terpanjang yang
membentang di 3 juz – juz awal di Al-Qur’an, Allah memperkenalkan
tanaman-tanaman yang buahnya banyak dan rasanya enak secara umum. Tidak
spesifik terhadap buah dari tanaman tertentu, tetapi spesifik terhadap
lokasi/negeri tertentu yaitu negeri Baitulmaqdis yang diberkahi (QS 2:58).
Nilai pelajarannya adalah bila kita ingin
tanaman-tanaman kita berbuah banyak dan rasanya enak, yang harus kita kejar
adalah bagaimana mendatangkan keberkahan itu ke bumi/negeri kita. Karena syarat
keberkahan negeri adalah iman dan taqwa (QS 7:96), maka iman dan takwa inilah
bekal dan persiapan terbaik untuk bertani itu.
Di surat yang sama Allah memperkenalkan teknik dasar
dalam pengolahan lahan pertanian yaitu dengan membajak dan mengairinya dengan
air (QS 2:71) – pelajaran ini disisipkan Allah dalam perintah kepada bani
Israil untuk menyembelih sapi – yang sempat mereka ngeyel hampir-hampir tidak melaksanakannya.
Masuk ke juz II tetapi suratnya masih sama yaitu Surat
Al-Baqarah, Allah mengingatkan bahwa akan ada segolongan orang yang akan
berbuat kerusakan di muka bumi. Kali ini kita diberi tahu secara spesifik
kerusakan apa yang akan dilakukan tersebut, yaitu merusak tanaman dan
keturunannya – dalam tafsir lain disebut juga merusak ternak. (QS 2:205)
Kerusakan semacam ini dianggap lumrah dijaman ini
ketika umat ini tidak mengurusi pertanian/peternakannya sendiri.
Tanaman-tanaman telah dirusak gen-nya sehingga tanaman yang berbuah tidak lagi
menghasilkan bibit/keturunan – nama kerennya adalah Genetically Modified
Organism (GMO).
Kerusakan terhadap ternak juga dilakukan
terang-terangan, yaitu selain menyuntiknya dengan berbagai hormone –
ternak-ternak sekarang tidak lagi binatang herbivore – pemakan tumbuhan. Ternak
sekarang menjadi omnivore – pemakan segala, karena diantara ransum makanannya
meliputi tepung tulang, tepung daging sampai tepung darah !
Saya sendiri sangat kawatir bahwa ternak-ternak yang
kita makan sekarang telah menjadi binatang jalalah, binatang yang semula halal
tetapi menjadi tidak halal karena makanannya adalah makanan yang haram/najis.
Untuk menjadi halal kembali, binatang semacam ini harus dikembalikan ke makanan
aslinya – tumbuh-tumbuhan – untuk periode 40 hari lamanya .
Masih di surat Al-Baqarah tetapi sudah masuk Juz III,
Allah merangkai 23 ayat mulai dari 261 sampai 283 yang terkait dengan
pengelolaan harta dan muamalah secara umum. Rangkaian ayat-ayat panjang ini
dimulai oleh Allah dengan membuat perumpamaan, apa perumpamaannya ?
Lagi-lagi terkait pertanian : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui.” (QS 2:261)
Selain memberi pelajaran untuk berinfaq, ayat ini juga
memberi isyarat hasil pertanian yang ideal – yaitu sebutir benih yang
menghasilkan 700 butir biji-bijian. Dengan
(potensi) kelipatan hasil yang demikian besar, maka tidak heran bila
akar kata bertani adalah sama dengan
akar kata kemenangan/kesuksesan (
). InsyaAllah bersambung ke Juz 4
dst.
