Muhammad Ade Ezhar
1505561
IEKI-2A
1505561
IEKI-2A
BAB 7 Landasan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan
Sosiologis
adalah ilmu atau pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku, sifat, dan
perkembangan masyarakat, struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya. Sedangkan
Antropologi adalah ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka
bentuk fisik, dan adat istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Lalu apa
hubungannya dengan pendidikan? Mengapa kedua ilmu itu dapat dijadikan sebagai
landasan dalam pendidikan? Karena manusia dan masyarakat merupakan subjek dan
aspek utama dalam pendidikan, pendidikan pada dasarnya diperuntukan kepada
manusia, oleh sebab itu dalam berkependidikan sangat diperlukan untuk mengenal
mausia itu sendiri, sehingga para calon tenaga pendidik sangat memerlukan
dasar-dasar dari kedua ilmu tersebut. Untuk itu mari kita kupas lebih lanjut
lagi.
A.
Individu,
Masyarakat, dan Kebudayaan
Individu
adalah manusia perseorangan yang memiliki karakteristik sebagai kesatuan yang
tak dapat dibagi, mamiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat
unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung
jawabnya sendiri (otonom).
Masyarakat
adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan berkerja bersama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yangdijadikan milik dari manusia dengan belajar.
Antara
Individu, Masyarakat, dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan, hal ini
sebagaimana kita maklumi bagaimana bahwa setiap individu bermasyarakat dan
berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari individu-individu.
Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan
kebudayaan dipengaruhi oleh individu yang membangunnya.
B. Pendidikan : Sosialisasi dan
Enkulturisasi
Pendidikan
diupayakan agar peserta didik mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya. Sebab
itu, apabila ditinjau dari sudut pandang sosiologi, pendidikan identik dengan
sosialisasi, sedangkan apabila ditinjau dari sudut pandang antropologis,
pendidikan identik dengan enkulturisasi. Karena didalam proses sosialisasi
hakekatnya terjadi juga proses enkulturisasi, dan sebaliknya bahwa didalam
proses enkulturisasi juga terjadi proses sosialisasi, dalam konteks ini berarti
pendidikan pada hakikatnya meliputi sosialisasi dan enkulturisasi.
C. Pendidikan Sebagai Pranata Sosial
Pendidkan merupakan salah satu pranata sosial dalam
rangka proses sosialisasi dan enkulturisasi untuk mengantarkan individu kedalam
kehidupan bermasyarakat dan berbudaya, dan juga untuk menjaga kelangsungan
eksistensi masyarakat dan kebudayaannnya. Melalui pranata pendidikan sosialis
dan enkulturisasi yang diselenggarakan oleh masyarakat, sehingga eksistensi
masyarakat dan kebudayaannya akan dapat bertahan sekalipun individu-ondividu
anggota masyarakatnya berganti karna terjadinya kelahiran, kematian, atau
perpindahan.
D. Pendidikan Informal, Formal, dan
Nonformal
Redja
Mudyahardjo mengemukakan 4 ciri pendidikan sepanjang hayat yaitu :
1. Keterpaduan
vertical
2.
Keterpaduan horizontal
3.
Keterpaduan ekologis
4.
Keragaman dan kelugasan dalam
pendidikan
Factor pendorong
perlunya pendidikan seumur hidup :
1.
Adanya keterbatasan pendidikan
sekolah
2.
Terjadinya perubahan masyarakat dan
peranan social
3.
Pendayagunaan sumber pendidikan
yang belum optimal
(Odang
Muchtar, 1991)
1.
Lingkungan pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung secara
wajar didalam lingkungan hidup sehari-hari
a.
Pendidikan Informal didalam
keluarga
-
Keluarga : unit social berdasarkan
hubungan darah atau keturunan yang terdiri atas beberapa keluarga dalam arti
sempit.
-
Jenis Keluarga : Berdasarkan
keanggotaannya keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family) keluarga batih adalah keluarga terkecil yg terdiri atas ayah, ibu
dan anak. Keluarga luas adalah keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga
batih. (kamanto Sunarto, 1993)
-
Fungsi Keluarga : (1) sebagai
perantara yang membenarkan hubungan seksual antara pria dan wanita berdasarkan
pernikahan (2) Mengembangkan keturunan (3) Melaksanakan Pendidikan (4) sebagai
kesatuan ekonomi
Fungsi
pendidikan dalam keluarga adalah (1) sebagai peletak dasar pendidikan anak dan
(2) sebagai persiapan kea rah kehidupan anak dalam masyarakatnya
b.
Pendidikan informal dalam
masyarakat
Pendidikan informal dalam masyarakat antara lain dapat berlangsung
melalui adat kebiasaan, pergaulan anak sebaya, upacara adat, pergaulan
dilingkungan kerja, permainan, pagelaran seni, dan melalui percakapan dalam
kehidupan sehari-hari
2.
Pendidikan Formal (Sekolah)
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi ( Pasal 1 ayat 11 UU. RI No. 20 Tahun 2003).
Sekolah adalah salah satu perantara social yang memiliki
tugas khusus untuk menyelenggarakan pendidikan.
Komponen Sekolah komponen
sekolah antara lain 1) tujuan pendidikan 2) Manusia (guru, murid, kepala
sekolah, dll.) 3) kurikulum 4) Media dan teknologi pendidikan 5) sarana,
prasarana, dan fasilitas 5) peneglola sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
Lembaga pendidikan formal mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a.
Sekolah mempunyai fungsi atau tugas
khusus dalam bidang pendidikan
b.
Sekolah mempunyai tatanan nilai dan
norma
c.
Sekolah mempunyai program yang
terorganisasi dengan ketat
d.
Kredensial dipandang penting
Fungsi sekolah
a.
Fungsi transmisi kebudayaan
masyarakat
b.
Fungsi sosialisasi
c.
Fungsi integrasi social
d.
Fungsi mengembangkan kepribadian
individu
e.
Fungsi mempersiapkan anak untuk
suatu pekerjaan
f.
Fungsi inovasi atau
mengtransformasi masyarakat untuk suatu pekerjaan
Perbedaan
sosialisasi disekolah dan di dalam keluarga
a.
Kemandirian
b.
Prestasi
c.
Universalisme
d.
Specifity
3.
Pendidikan Nonformal
Adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (pasal 1 ayat 12 UU RI No. 20
Tahun 2003)
Fungsi
Mengembangkan potensi peserta didik pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian professional
Lingkup
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemanduan, dsb.
Satuan Pendidikan
Terdiri atas lembaga kursus, pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat,dsb.
E. Pendidikan, Masyarakat, dan
Kebudayaan
Dalam
hubungan dengan keadaan serta harapan masyarakat dan kebudayaannya, perantara
pendidikan memiliki 2 fungsi utama, yaitu :
1.
Fungsi Konservasi
Berfungsi untuk mengtransmisikan
atau mewariskan atau melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat dan/atau
mempertahankan kelangsungan eksistensi masyarakat.
2.
Fungsi inofasi/kreasi/transformasi
Berfungsi untuk melakukan
perubahan dan pembaharuan masyarakat beserta nilai-nilai budayanya.
F. Pola-Pola Kegiatan Sosial
Pendidikan
Apabila kegiatan sosial pendidikan dianalisis berdasarkan kecenderungan
orientasinya terhadap fungsi dimensi-dimensi tingkah laku, maka dapat
diidentifikasin adanya 3 pola kegiatan sosial pendidikan, yaitu :
1.
Pola Nomotheis
Mengutamakan fungsi dimensi tingkah laku yang bersifat
normatif, maka tingkah laku pendidik dan peserta didik akan lebing mengutamakn
tuntutan institusi, peranan yang seharusnya, dan kebutuhan individual.
2.
Pola Ideografis
Upaya membantu seseorang untuk mengetahui dan mengembangkan tentang apa yang ingin diketahui, hal ini
menimbulkan psikologisme dalam pendidikan.
3.
Pola Transaksional
Suatu sistem sosial yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) setiap individu
menegtahui tujuan sistem, (2) individu percaya harapan sosial kepada dirinya,
(3) individu merasa bahwa ia termasuk suatu kelompok yang emosional yang sama.
G. Pola Sikap Guru Kepada Siswa dan
Implikasinya Terhadap Fungsi dan Tipe Guru
1.
Guru berasumsi bahwa muridnya belum
menguasai kebudayaannya
2.
Guru berasumsi bahwa muridnya
mempunyai dorongan untuk belajar yang harus menghadapi materi pengajaran yang
baru baginya.
3.
Guru berasumsi bahwa para muridnya
mempunyai dorongan untuk belajar dan ditambah dengan harapan bahwa murid harus
mampu menggali sendiri sumber belajarnya.
bab 5 mana ??????
BalasHapus