Jumat, 21 Oktober 2016

BAB 7 Landasan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan



Muhammad Ade Ezhar
1505561
IEKI-2A
BAB 7 Landasan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan
Sosiologis adalah ilmu atau pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku, sifat, dan perkembangan masyarakat, struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya. Sedangkan Antropologi adalah ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka bentuk fisik, dan adat istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Lalu apa hubungannya dengan pendidikan? Mengapa kedua ilmu itu dapat dijadikan sebagai landasan dalam pendidikan? Karena manusia dan masyarakat merupakan subjek dan aspek utama dalam pendidikan, pendidikan pada dasarnya diperuntukan kepada manusia, oleh sebab itu dalam berkependidikan sangat diperlukan untuk mengenal mausia itu sendiri, sehingga para calon tenaga pendidik sangat memerlukan dasar-dasar dari kedua ilmu tersebut. Untuk itu mari kita kupas lebih lanjut lagi.
A.              Individu, Masyarakat, dan Kebudayaan
Individu adalah manusia perseorangan yang memiliki karakteristik sebagai kesatuan yang tak dapat dibagi, mamiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung jawabnya sendiri (otonom).
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup dan berkerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yangdijadikan milik dari manusia dengan belajar.

Antara Individu, Masyarakat, dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan, hal ini sebagaimana kita maklumi bagaimana bahwa setiap individu bermasyarakat dan berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari individu-individu. Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan dipengaruhi oleh individu yang membangunnya.

B.      Pendidikan : Sosialisasi dan Enkulturisasi
Pendidikan diupayakan agar peserta didik mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya. Sebab itu, apabila ditinjau dari sudut pandang sosiologi, pendidikan identik dengan sosialisasi, sedangkan apabila ditinjau dari sudut pandang antropologis, pendidikan identik dengan enkulturisasi. Karena didalam proses sosialisasi hakekatnya terjadi juga proses enkulturisasi, dan sebaliknya bahwa didalam proses enkulturisasi juga terjadi proses sosialisasi, dalam konteks ini berarti pendidikan pada hakikatnya meliputi sosialisasi dan enkulturisasi.

C.      Pendidikan Sebagai Pranata Sosial
Pendidkan merupakan salah satu pranata sosial dalam rangka proses sosialisasi dan enkulturisasi untuk mengantarkan individu kedalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya, dan juga untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannnya. Melalui pranata pendidikan sosialis dan enkulturisasi yang diselenggarakan oleh masyarakat, sehingga eksistensi masyarakat dan kebudayaannya akan dapat bertahan sekalipun individu-ondividu anggota masyarakatnya berganti karna terjadinya kelahiran, kematian, atau perpindahan.

D.     Pendidikan Informal, Formal, dan Nonformal
Redja Mudyahardjo mengemukakan 4 ciri pendidikan sepanjang hayat yaitu :
1.      Keterpaduan vertical
2.      Keterpaduan horizontal
3.      Keterpaduan ekologis
4.      Keragaman dan kelugasan dalam pendidikan
Factor pendorong perlunya pendidikan seumur hidup :
1.      Adanya keterbatasan pendidikan sekolah
2.      Terjadinya perubahan masyarakat dan peranan social
3.      Pendayagunaan sumber pendidikan yang belum optimal
(Odang Muchtar, 1991)







1.      Lingkungan pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung secara wajar didalam lingkungan hidup sehari-hari

a.      Pendidikan Informal didalam keluarga
-          Keluarga : unit social berdasarkan hubungan darah atau keturunan yang terdiri atas beberapa keluarga dalam arti sempit.
-          Jenis Keluarga : Berdasarkan keanggotaannya keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended family) keluarga batih adalah  keluarga terkecil yg terdiri atas ayah, ibu dan anak. Keluarga luas adalah keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih. (kamanto Sunarto, 1993)
-          Fungsi Keluarga : (1) sebagai perantara yang membenarkan hubungan seksual antara pria dan wanita berdasarkan pernikahan (2) Mengembangkan keturunan (3) Melaksanakan Pendidikan (4) sebagai kesatuan ekonomi
Fungsi pendidikan dalam keluarga adalah (1) sebagai peletak dasar pendidikan anak dan (2) sebagai persiapan kea rah kehidupan anak dalam masyarakatnya
b.      Pendidikan informal dalam masyarakat
Pendidikan informal dalam masyarakat antara lain dapat berlangsung melalui adat kebiasaan, pergaulan anak sebaya, upacara adat, pergaulan dilingkungan kerja, permainan, pagelaran seni, dan melalui percakapan dalam kehidupan sehari-hari

2.      Pendidikan Formal (Sekolah)
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi ( Pasal 1 ayat 11 UU. RI No. 20 Tahun 2003).
Sekolah adalah salah satu perantara social yang memiliki tugas khusus untuk menyelenggarakan pendidikan.

Komponen Sekolah komponen sekolah antara lain 1) tujuan pendidikan 2) Manusia (guru, murid, kepala sekolah, dll.) 3) kurikulum 4) Media dan teknologi pendidikan 5) sarana, prasarana, dan fasilitas 5) peneglola sekolah



Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
Lembaga pendidikan formal mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.      Sekolah mempunyai fungsi atau tugas khusus dalam bidang pendidikan
b.      Sekolah mempunyai tatanan nilai dan norma
c.       Sekolah mempunyai program yang terorganisasi dengan ketat
d.      Kredensial dipandang penting

Fungsi sekolah
a.      Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat
b.      Fungsi sosialisasi
c.       Fungsi integrasi social
d.      Fungsi mengembangkan kepribadian individu
e.      Fungsi mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan
f.        Fungsi inovasi atau mengtransformasi masyarakat untuk suatu pekerjaan
Perbedaan sosialisasi disekolah dan di dalam keluarga
a.      Kemandirian
b.      Prestasi
c.       Universalisme
d.      Specifity

3.      Pendidikan Nonformal
Adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (pasal 1 ayat 12 UU RI No. 20 Tahun 2003)

Fungsi
Mengembangkan potensi peserta didik pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional

Lingkup
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemanduan, dsb.

Satuan Pendidikan
Terdiri atas lembaga kursus, pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,dsb.



E.      Pendidikan, Masyarakat, dan Kebudayaan

      Dalam hubungan dengan keadaan serta harapan masyarakat dan kebudayaannya, perantara pendidikan memiliki 2 fungsi utama, yaitu :

1.      Fungsi Konservasi
                                   Berfungsi untuk mengtransmisikan atau mewariskan atau melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat dan/atau mempertahankan kelangsungan eksistensi masyarakat.

2.      Fungsi inofasi/kreasi/transformasi
Berfungsi untuk melakukan perubahan dan pembaharuan masyarakat beserta nilai-nilai budayanya.

F.       Pola-Pola Kegiatan Sosial Pendidikan

Apabila kegiatan sosial pendidikan dianalisis berdasarkan kecenderungan orientasinya terhadap fungsi dimensi-dimensi tingkah laku, maka dapat diidentifikasin adanya 3 pola kegiatan sosial pendidikan, yaitu :

1.      Pola Nomotheis
Mengutamakan fungsi dimensi tingkah laku yang bersifat normatif, maka tingkah laku pendidik dan peserta didik akan lebing mengutamakn tuntutan institusi, peranan yang seharusnya, dan kebutuhan individual.
2.      Pola Ideografis
Upaya membantu seseorang untuk mengetahui dan mengembangkan  tentang apa yang ingin diketahui, hal ini menimbulkan psikologisme dalam pendidikan.
3.      Pola Transaksional
Suatu sistem sosial yang mempunyai ciri-ciri  sebagai berikut : (1) setiap individu menegtahui tujuan sistem, (2) individu percaya harapan sosial kepada dirinya, (3) individu merasa bahwa ia termasuk suatu kelompok yang emosional yang sama.







G.     Pola Sikap Guru Kepada Siswa dan Implikasinya Terhadap Fungsi dan Tipe Guru

1.      Guru berasumsi bahwa muridnya belum menguasai kebudayaannya
2.      Guru berasumsi bahwa muridnya mempunyai dorongan untuk belajar yang harus menghadapi materi pengajaran yang baru baginya.
3.      Guru berasumsi bahwa para muridnya mempunyai dorongan untuk belajar dan ditambah dengan harapan bahwa murid harus mampu menggali sendiri sumber belajarnya.

1 komentar: